Oleh Alan Albana

1 Juli 2011 pukul 1:29

Kumandang subuh hingga menjelang malam,tiada henti henti ku meniti doa,,

sepanjang hari ku mencoba terbang walau lelah ku tetap berjuang,rintihan demi rintihan,kurasa malam itupun terdiam,berusaha dengan lelah hanya untuk bertemu setitik terang..

Ya muhaimin,,aku bangun diri dengan setegar karang,,

aku persiapkan jiwa ini untuk menghadang gelombang,,

berusaha kuat karna yakin pelita masih melintang..

berdiri dan menatap mata a

ngin,aku bangun rakit kecilku dengan segenap letih,,

yang aku ikat rakit itu dengan lelah yan

g tersisa,,

ya Rohman,,

untuk meniti mata angin itu,akan aku hinggapi tingginya langit,atau aku hancurkan dan tak peduli walau sekeras karang yang menantang,,

dengan rakit kecil itu,aku arungi samudra kehidupan,mencoba berlabuh di sebuah dermaga,barangkali tercipta sebuah anugrah yang tak terhingga,,

ya Rohim,,

Tp mereka berharap sebuah kapal yang megah nan indah dan bukan rakit kecil yang mudah terbawa arah,,ketika ombak menghadang,,

ketika badai menerjang,,

aku hinggap dalam kebimbangan,,

ya Robbul izzati..angin itupun berbisik dalam air,,

akan adakah seorang yg akan meluruskan arah rakit itu?

atau adakah yg rela menitipkan diri untuk mengikat erat ikatan rakit itu?

yg tampak hanya sebuah kepesimisan di
stiap mata memandang,,

terbesit dalam hati,,

akan adakah seseorang yg akan menemaniku untk berjuang,,

menemani untuk mengarungi samu

dra yg di hiasi dengan gelombang,,

atau dimanakah akan ku labuhkan rakit kecilku ini,,

bantulah aku,,

temanilah aku,,

aku dengan rakit kecilku,,